Mantan striker Liverpool, Rickie Lambert berharap kerjasama bekas timnya dengan Nike bisa membawa Kylian Mbappe ke Anfield sebagai ‘marquee player‘.
Dalam beberapa pekan terakhir, Liverpool dikaitkan dengan Kylian Mbappe. Di sisi lain, striker PSG itu juga memuji manajer The Reds, Jurgen Klopp.
Hanya saja, harga Kylian Mbappe dijamin tak akan murah. Apalagi, pandemi virus corona membuat finansial beberapa klub, termasuk Liverpool, goyang.
Namun demikian, Lambert berharap kedekatan Nike dengan Mbappe bisa mewujudkan transfer tersebut.
“Saya merasa Liverpool bisa mendapatkan setidaknya satu penyerang lagi, yang bisa menambah aroma kompetisi di lini serang,” kata Lambert kepada talkSPORT.
“Kerjasama dengan Nike ini menarik, karena biasanya diikuti dengan marquee player. Saya harap berikutnya adalah Mbappe. Tapi saya ragu juga sejujurnya, karena harganya pasti mahal,” ujar eks Liverpool itu lagi menambahkan.
Apa Arti Marquee Player
Marquee player adalah salah satu yang paling banyak diperbincangkan saat ini di Indonesia. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sempat memiliki definisi yang tidak jelas soal marquee player itu apa.
Biasanya marquee player bisa dijelaskan dengan kehadiran salary cap. Maka bukan kebetulan juga PSSI menetapkan salary cap sebesar total 15 miliar rupiah per tahun per kesebelasan untuk gaji pemain selain marquee player.
Dengan ini, seharusnya kita sudah bisa mengukur jika marquee player adalah pemain yang tidak pandang bulu –mau pemain bintang ataupun bukan, mau gajinya besar ataupun kecil– yang penting ia digaji di luar struktur gaji pemain-pemain lainnya.
Sedangkan untuk pengertiannya, daripada membuka-buka kembali kutipan langsung, kutipan tidak langsung, atau apalagi asumsi dan opini, kita langsung lihat saja pengertian marquee player dari PSSI dan PT LIB melalui dokumen “Draft Regulasi Liga 1 2017″ dan kemudian “Regulasi & Manual Liga 1 2017”.
Menurut terutama “Regulasi & Manual Liga 1 2017” yang kami dapatkan, marquee player adalah pemain asing dengan persyaratan (sesuai yang tertulis):
- Termasuk dalam skuad tim nasional di 3 putaran final FIFA World Cup terakhir (FIFA World Cup 2006 Germany, FIFA World Cup 2010 South Africa dan FIFA World Cup 2014 Brazil) atau;
- bermain di liga Eropa dalam kurun waktu 8 tahun terakhir (2009-2017) sebagai berikut: Premier League – Inggris, La Liga – Spanyol, Bundesliga – Jerman, Serie A – Italia, Eredivisie – Belanda, Ligue 1 – Prancis, Süper Lig – Turki, Primeira Liga – Portugal.
Sebelumnya, marquee player hanya boleh satu saja, dengan rumus 2+1+1 (dua pemain asing plus satu pemain asing AFC plus satu marquee player). Tapi kemudian, Edy Rahmayadi sebagai ketua umum PSSI sempat membolehkan marquee player bahkan sampai lima. Namun, lagi-lagi, ada perubahan lainnya, yaitu kembali ke awal, bahwa marquee player hanya boleh satu.
“Kita kemarin sudah meeting dan sudah disepakati bahwa kita akan pakai aturan 2+1+1. Jadi jelas setiap klub tidak bisa merekrut lebih dari satu marquee player,” ujar Kepala Operasional PT LIB, Tigor Shalom Boboy, seperti yang dikutip dari Bola.net, Rabu (05/04).
Akhirnya juga jelas, jika marquee player hanya boleh satu. Kemudian jika acuan yang dipakai adalah seperti yang di atas, meskipun bukan salary cap, acuan di atas (paragraf kelima di tulisan ini) sudah jelas asal-muasalnya. Tinggal PSSI saja yang konsisten dengan definisi ini.
Ini berarti, malah terbalik, marquee player adalah pemain yang tidak peduli digaji kecil juga, tidak peduli juga ia pemain bintang ataupun bukan; yang penting sudah pernah bermain di salah satu dari tiga Piala Dunia terakhir, atau pernah bermain di Liga Primer, La Liga, Bundesliga, Serie A, Eredivisie, Ligue 1, Süper Lig, atau Primeira Liga dalam delapan tahun terakhir.
Komentar